Creative Poduct From Waste

MIXTA HAIKIMONO
Latar Belakang :
                Sampah atau limbah merupakan suatu bahan yang tidak memiliki nilai guna, sampah dapat dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Pada umumnya sampah organik hanya dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk karena mudah diuraikan. Tak kalah dengan sampah anorganik, sampah organik juga dapat didaur ulang menjadi barang yang unik dan memiliki nilai estetik karena memiliki efek alami. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan sehingga melihat kondisi tersebut diadakannya daur ulang sampah anorganik sangat diperlukan. Jika kedua jenis sampah tersebut digunakan bersamaan sebagai bahan suatu karya maka akan menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai seni yang lebih tinggi.
 Tujuan :
Untuk mengurangi pencemaran limbah organik dan anorganik demi meningkatkan kualitas lingkungan.

Manfaat :
Untuk memanfaatkan limbah menjadi barang yang lebih berguna
Prosedur :
                Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembuatan hand made. Bahan dasarnya yaitu Kulit jagung, koran, karton, pelepah pisang, serbuk kayu dan bahan tambahan yaitu wantex, kawat, tampar kecil dan kemiri. Sedangkan alat yang digunakan yaitu lem tembak, gunting, benang, alat tulis dan lain – lain. Menggulung koran dam merangkai gulungan tersebut untuk pembuatan rumah – rumahan dan vas bunga. Melakukan pewarnaan terhadap kulit jagung dan serbuk kayu. Merangkai kulit jagung menjadi bunga. Serta bahan bahan lainya dirangkai sedemikian rupa hingga terbentuk barang – barang berupa bingkai foto, tempat pensil, cover buku dan lukisan.
Kesimpulan :
Pemanfaatan bahan organik maupun anorganik dalam membuat barang berupa hiasan memiliki nilai estetik dan mengurangi pencemaran lingkungan.


Daur Ulang Sampah dan Rumah Kompos

http://unej.ac.id/index.php/id/ http://fkip.unej.ac.id/http://hmplumbalumba.com/

JANGAN BERTANYA APA YANG BISA KITA DAPAT DARI BUMI, TAPI APA YANG BISA KITA LAKUKAN UNTUK BUMI :)





Apa itu daur ulang ?
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Apa manfaatnya bagi lingkungan ?
Daur ulang sampah anorganik meminimalisir pencemaran lingkungan.Untuk dapat melakukan daur ulang sampah anorganik, kita harus dapat membedakan jenis-jenis sampah terlebih dahulu. Ada beberapa jenis sampah yang dapat kita temui dan harus kita bedakan dalam penanganannya. Hal ini disebabkan oleh sifat sampah yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda pula. Pada dasarnya, sampah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Pembagian sampah menurut sifatnya ini memudahkan kita untuk memberikan perlakuan yang tepat terhadap sampah-sampah tersebut sehingga kita dapat meminimalisir resiko-resiko buruk yang mungkin disebabkan oleh keberadaan sampah yang terlalu banyak. Sampah organik adalah sampah yang dapat diuraikan oleh bakteri sehingga dapat dengan mudah kembali menjadi unsur-unsur pada tanah. Dalam perlakuannya, kita tidak perlu melakukan usaha yang berlebih terhadap sampah-sampah yang termasuk dalam jenis ini, seperti sampah daun, ranting, kayu, fases, dan lain sebagainya.
Namun, dalam memperlakukan sampah jenis kedua, yaitu sampah anorganik, kita perlu untuk melakukan usaha lebih karena sampah-sampah yang termasuk dalam jenis ini mempunyai sifat yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri, atau kalaupun bisa memerlukan waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun. Sehingga keberadaannya di bumi ini dapat mencemari kemurnian tanah. Maka, kita perlu sebuah cara agar dapat meminimalisir hal tersebut dan salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah dengan melakukan daur ulang sampah anorganik tersebut. Daur ulang itu sendiri merupakan suatu proses yang kita lakukan untuk menambah nilai suatu barang sehingga memiliki daya guna dan nilai yang lebih dari awalnya. Jadi, dalam hal ini, kita berusaha memberikan nilai lebih pada sampah-sampah organik yang tadinya sudah tidak kita inginkan keberadaannya sehingga dapat kita gunakan lagi karena setelah melalui sebuah proses, sampah-sampah tersebut menjadi lebih bermanfaat.
 Ada banyak sampah anorganik yang dapat kita daur ulang, bahkan hampir semua jenis sampah dapat kita daur ulang. Misalnya saja sampah organik yang berupa kaca. Dengan bermodalkan imajinasi dan kreativitas saja kita dapat mengubah sampah kaca tersebut menjadi barang bernilai seni seperti hiasan meja, kap lampu, mainan dan sebagainya. Dengan melakukan daur ulang sampah organik seperti yang kita lakukan pada sampah kaca tersebut menjadi barang kerajinan seperti di atas, maka sampah kaca yang tadinya tidak memiliki nilai sama sekali dan jika dibuang hanya akan menambah volume pencemaran lingkungan, menjadi memiliki nilai lebih yaitu nilai seni dan bahkan nilai ekonomis. Sehingga, selain dapat meminimalisir resiko pencemaran likungan, kita juga dapat menambah pemasukan kita dengan melakukan proses daur ulang tersebut. Maka kita harus dapat menjadi lebih bijak dalam menyikapi sampah dan harus menjadi lebih peka dalam mencermati nilai guna sesuatu seperti sampah-sampah organik tersebut.
Jadi, manfaat dari daur ulang adalah :
1. menjadikan lingkungan sehat terbebas dari penyakit
2. menciptakan barang barang berguna dari hasil daur ulang
3. jauh dari bencana yang disebabkan oleh sampah(banjir, longsor, dsb)
4. terhindar dari pencemaran lingkungan baik pencemaran tanah, udara, dan air
5. menjadikan lingkungan bebas sampah
6. memanfaatkan sampah yang bisa diperbaharui menjadi kerajinan kerajinan
Apa Saja Jenis Sampah ?
Sampah organik atau sering disebut sampah basah merupakan sampah yang dapat terurai secara alami, artinya bahan sampah tersebut dapat membusuk tanpa harus di daur ulang. Sampah organik dihasilkan dari kegiatan rumah tangga seperti proses memasak, pertanian, kotoran hewan, dan sebagainya. Sampah organik ini lebih ramah terhadap lingkungan karena secara alami akan terurasi oleh bakteri
Sedangkan sampah non organik merupakan sampah hasil industri maupun hasil pengolahan bahan mineral dan minyak bumi. Sampah yang sering disebut juga dengan sampah kering ini sangat susah terurai oleh alam, sehingga kalau sampai jumlah sampah tersebut menumpuk dalam tanah maka akan mengakibatkan pencemaran tanah dan lingkungan. Contoh sampah non organik diantaranya plastik, kaleng bekas minuman, alumunium, dan sebagainya.
Dalam pembuangan sampah harus dipisahkan antara sampah organik dan sampah non organik, karena pada proses selanjutnya sampah non organik dapat di daur ulang kembali menjadi peralatan lain yang masih dapat digunakan. 
Metode pembuatan kompos yang paling sederhana kita ambil dengan menggunakan komposter sederhana yang relatif sangat mudah dibuat. Kita dapat memanfaatkan gentong atau drum plastik bekas wadah cat untuk digunakan sebagai wadah pembuatan kompos. Terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan kompos yang sangat mudah dilakukan, yaitu :
a.    Penyiapan wadah pembuatan kompos
Sediakan ember, pot bekas, ataupun wadah lainnya, upayakan terbuat dari plastik untuk menghindari karat akibat air lindi kompos. Lubangi bagian dasar dan letakkan di wadah yang dapat menampung rembesan air dari dalamnya.
b.    Penyiapan bahan baku kompos
Proses awal dari pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik. Yang dimaksud dengan sampah organik di sini adalah sampah sisa-sisa buangan dapur seperti sisa nasi, sayuran, buah-buahan, daun tanaman dan sampah organik sejenis lainnya. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih maka harus dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik. Pemilahan ini dilakukan karena  sampah anorganik dapat mempersulit proses pengomposan. Untuk mempermudah proses pengomposan, sampah yang masih berbentuk memanjang terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran ± 5 cm.
c.    Pembuatan tumpukan
Tahapan selanjutnya adalah membuat tumpukan. Sampah organik hasil proses pemilahan ditumpukkan di wadah pengomposan. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila Anda memiliki kotoran binatang, kotoran tersebut bisa ditambahkan pada tumpukan tadi untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama dua bulan. Setelah itu kompos sudah dapat dipanen sebagai kompos matang.
d.    Penyiraman
Proses selanjutnya adalah menyiram tumpukan tersebut dengan air secara merata. Proses penyiraman ini dilakukan agar bakteri dapat bekerja secara optimal. Proses ini dilakukan jika tumpukan sampah terlalu kering. Kadar air yang ideal dari tumpukan sampah selama proses pengomposan adalah antara 50- 60% dengan nilai optimal sekitar 55%.
e.    Pemantauan suhu  
Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan termometer kompos. Cara pemantauan suhu adalah dengan menancapkan termometer ke dalam tumpukan sampah dan biarkan sampai jarum penunjuk suhu posisinya tidak berubah-ubah lagi. Agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus dipertahankan pada kisaran 60-70 C
f.    Pengayakan
Proses selanjutnya adalah melakukan pengayakan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Pengayakan dilakukan karena dikhawatirkan terdapat bahan anorganik seperti kaleng/logam lainnya, plastik, dan bahan lain yang masih tertinggal dan sulit terdekomposisi terdapat di dalam tumpukan sehingga kualitas kompos yang dihasilkan kurang baik. Hasil dari proses pengayakan ini adalah kompos yang halus dan yang kasar. Kompos halus biasanya untuk tanaman hias dan tanaman kecil lainnya, sementara yang kasar dapat digunakan untuk tanaman buah-buahan serta tanaman besar lainnya.
g.    Pengemasan
Setelah diayak maka kompos siap untuk dikemas ke dalam karung atau plastik yang kedap air dan  bisa disimpan, bisa digunakan sendiri ataupun dipasarkan.

LINGKUNGAN



Pemanasan Global, Tragedi Peradaban Modern


Pada tanggal 5 Juni 2007, negara-negara seluruh dunia umumnya memperingatnya sebagai Hari Lingkungan Hidup. Pemanasan global yang berakibat pada perubahan iklim (climate change) belum menjadi mengedepan dalam kesadaran multipihak. Pemanasan global (global warming) telah menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia, terutama negara yang mengalami industrialisasi dan pola konsumsi tinggi (gaya hidup konsumtif). Tidak banyak memang yang memahami dan peduli pada isu perubahan iklim. Sebab banyak yang mengatakan, memang dampak lingkungan itu biasanya terjadi secara akumulatif. Pada titik inilah masalah lingkungan sering dianggap tidak penting oleh banyak kalangan, utamanya penerima mandat kekuasaan dalam membuat kebijakan.
Perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming), pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui). Penghasil terbesarnya adalah negeri-negeri industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dll. Ini diakibatkan oleh pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat negera-negara utara yang 10 kali lipat lebih tinggi dari penduduk negara selatan. Untuk negara-negara berkembang meski tidak besar, ikut juga berkontribusi dengan skenario pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan. Memacu industrilisme dan meningkatnya pola konsumsi tentunya, meski tak setinggi negara utara. Industri penghasil karbon terbesar di negeri berkembang seperti Indonesia adalah perusahaan tambang (migas, batubara dan yang terutama berbahan baku fosil). Selain kerusakan hutan Indonesia yang tahun ini tercatat pada rekor dunia ”Guinnes Record Of Book” sebagai negara tercepat yang rusak hutannya.
Menurut temuan Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC). Sebuah lembaga panel internasional yang beranggotakan lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Sebuah lembaga dibawah PBB, tetapi kuasanya melebihi PBB. Menyatakan pada tahun 2005 terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di Asia lebih tinggi, yaitu 10. selanjutnya adalah ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 persen dan melelehnya Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis. Jika ini kita kaitkan dengan wilayah Indonesia tentu sangat terasa, begitu juga dengan kota-kota yang dulunya dikenal sejuk dan dingin makin hari makin panas saja. Contohnya di Jawa Timur
bisa kita rasakan adalah Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan kaki Gunung Semeru. Atau kota-kota lain seperti Bogor Jawa Barat, Ruteng Nusa Tenggara, adalah daerah yang dulunya dikenal dingin tetapi sekarang tidak lagi.
Meningkatnya suhu ini, ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan; seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu ditangani dan kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Selain itu, ratusan desa di pesisir Jatim terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, indikatornya serasa makin dekat saja jika kita tengok naiknya gelombang pasang di minggu ketiga bulan Mei 2007 kemarin. Mulai dari Pantai Kenjeran, Pantai Popoh Tulungagung, Ngeliyep Malang dan pantai lain di pulau-pulau di Indonesia.
Untuk negara-negara lain meningkatnya permukaan air laut bisa dilihat dengan makin tingginya ombak di pantai-pantai Asia dan Afrika. Apalagi hal itu di tambah dengan melelehnya gleser di gunung Himalaya Tibet dan di kutub utara. Di sinyalir oleh IPCC hal ini berkontribusi langsung meningkatkan permukaan air laut setinggi 4-6 meter. Dan jika benar-benar meleleh semuanya maka akan meningkatkan permukaan air laut setinggi 7 meter pada tahun 2012. Dan pada 30 tahun kedepan tentu ini bisa mengancam kehidupan pesisir dan kelangkaan pangan yang luar biasa, akibat berubahnya iklim yang sudah bisa kita rasakan sekarang dengan musim hujan yang makin pendek sementara kemarau semakin panjang. Hingga gagal panen selain soal hama, tetapi akibat kekuarangan air di tanaman para ibu-bapak petani banyak yang gagal.
Lantas dengan situasi sedemikian rupa apa yang dibutuhkan oleh dunia kecil “lokal” dan kita sebagai individu penghuni planet bumi? Yang dibutuhkan adalah REVOLUSI GAYA HIDUP, sebab dengan demikian akan mengurangi penggunaan energi baik listrik, bahan bakar, air yang memang menjadi sumber utama makin berkurangnya sumber kehidupan.
Selain itu perlunya melahirkan konsesus yang membawa komitmen dari semua negara untuk menegakkan keadilan iklim. Seperti yang sudah dilakukan oleh Australia yang mempunyai instrumen keadilan iklim, melalui penegakan keadilan iklim dengan membentuk pengadilan iklim. Dimana sebuah instrumen yang mengacu pada isi Protokol Kyoto yang menekankan kewajiban pada negara-negara Utara untuk membayar dari hasil pembuangan emisi karbon mereka untuk perbaikan mutu lingkungan hidup bagi negara-negara Selatan.
Dalam praktek yang lain saatnya kita mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya dari bahan energi fosil, misalnya untuk kebutuhan memasak. Menggunakan energi biogas (gas dari kotoran ternak) seperti yang dilakukan komunitas merah putih di Kota Batu. Desentraliasasi energi memang harus dilakukan agar menghantarkan kita pada kedaulatan energi dan melepas ketergantungan pada sentralisasi energi yang pada akhirnya harganya pun makin mahal saja.
Sedangkan untuk para pengambil kebijakan harusnya mengeluarkan policy yang jelas orientasinya untuk mengurangi pemanasan global. Misalnya menetapkan jeda tebang hutan di seluruh Indonesia agar tidak mengalami kepunahan dan wilayah kita makin panas. Menghentikan pertambangan mineral dan batubara seperti di Papua, Kalimantan, Sulawesi, hal ini bisa dilakukan dengan bertahap mulai dari meninjau ulang kontrak karyanya terlebih dahulu. Selanjutnya kebijakan progressive dengan mempraktekkan secara nyata jeda tebang dan kedaulatan energi harus dilakukan jika kita tidak mau menjadi kontributor utama pemanasan global.
Iklim memang mengisi ruang hidup kita baik secara individu maupun sosial, maka tidak mungkin menegakkan keadilan iklim tanpa melibatkan kesadaran dan komitmen semua pihak. Bahwa tidak bisa dibantah, kita hidup dalam ekosistem dunia “perahu” yang sama, sehingga jika ada bagian yang bocor dan tidak seimbang, sebenarya ini merupakan ancaman bagi seluruh isi perahu dan penumpangnya. Maka merevolusi gaya hidup kita untuk tidak makin konsumtif sangat mendasar dilakukan sekarang juga oleh seluruh umat manusia. Sebab dengan begitu kita bisa menempatkan apa yang kita butuhkan bisa ditunda tidak, yang harus kita beli membawa manfaat atau tidak dan apakah yang kita beli bisa digantikan oleh barang yang lain yang ramah lingkungan?
Ini semua adalah cerminan bagi mereka yang berusaha dan sadar sepenuh hati demi keberlanjutan kehidupan sosial (sustainable society) yang berkeadilan secara sosial, budaya, ekologis dan ekonomi. Inilah tindakan nyata untuk meraih kedaulatan energi dan melepaskan ketergantungan terhadap energi fosil yang sekarang telah dikuasai oleh korporasi modal. Sekarang siapapun bisa memilih, mau jadi kontributor pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan suhu yang makin panas? Atau mau menjadi bagian dari pelaku ”penyejukan global” dengan mengubah pola konsumsi dan gaya hidup dari sekarang juga? Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Mari bertindak nyata untuk masa depan bersama.

HMPSPB " Lumba - Lumba "

GERAKAN 1000 PKM

=
Menindaklanjuti Amanah dari Program Studi tentang Kewajiban kepada seluruh Warga FKIP Pendidikan Biologi, maka dengan ini kami HMPSP Biologi "Lumba-Lumba" menganjurkan kepada seluruh Warga FKIP Pendidikan Biologi untuk turut mensukseskan Gerakan 1000 Proposal dengan cara berpartisipasi dalam pembuatan Proposal PKM DIKTI diantaranya : PKM-K (Kewirausahaan) PKM-P (Penelitian) PKM- M (Pengabdian Masyarakat) PKM- Kc (Karsa Cipta) PKM- T (Teknologi) Mari kita sukseskan Gerakan 1000 Proposal PKM, Demi Program Studi Kita . . .. HMP akan memfasilitasi terkait dengan pencarian tanda tangan lembar pengesahan, pencetakan dan proses pengiriman . . . Deadline 25 Oktober 2013 . . . . SEMANGATTTTTT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! panduan bisa di download di http://simlitabmas.dikti.go.id/#







Kuliah Umum Pendidikan Biologi



Awal perkuliahan bulan Januari 2013 lalu pembelajaran di Program Studi Pendidikan Biologi dimulai dengan kuliah bersama. Kuliah bersama ini diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi â??Lumba-lumbaâ??, yang kemudian diberi tema Outstanding Persons. Pemateri untuk kuliah bersama tersebut antara lain Dr. Dwi Wahyuni M.Kes., Bevo Wahono S.Pd, M.Pd., dan Mochammad Iqbal, S.Pd, M.Pd. Kuliah bersama ini diadakan untuk memberikan motivasi awal kuliah bagi seluruh mahasiswa Pendidikan Biologi. Cerita-cerita membanggakan dari Ibu Dwi Wahyuni yang merupakan dosen berprestasi Universitas Jember 2013 mengenai segudang prestasinya di dunia penelitian dan dilanjutkan dengan pemaparan prestasi dua dosen muda, Bapak Iqbal dan Bapak Bevo, yang di usia mudanya telah mengemban amanat sebagai seorang dosen di sebuah universitas negeri, diharapkan mampu melecut semangat mahasiswa Pendidikan Biologi untuk terus berkarya dan menjadi mahasiswa berprestasi di bidangnya masing-masing. Pada akhir perkuliahan pun beberapa dosen memiliki ide untuk mengadakan kuliah umum (stadium general) untuk mengakhiri perkuliahan. Ide tersebut kemudian terwujud dengan bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi. Walaupun melalui musyawarah dan persiapan yang relatif singkat, acara kuliah umum tersebut dapat terlaksana dengan baik pada hari Sabtu tanggal 4 Mei 2013, dengan pemateri Prof. Drs. Slamin, M.Com.Sc, Ph.D., dan Drs Slamet Hariyadi, M.Si. Tema yang diusung memanglah seputar PendidikanTeknologi dan Informasi, maka kehadiran pakar-pakar TI di lingkup sains dan matematika membuat acara kuliah umum tersebut terasa begitu bermakna. Prof. Slamin sendiri adalah seorang pakar TI yang telah teruji kualitas kemampuannya hingga yang semula hanya menjabat sebagai salah satu dosen di Program Studi Pendidikan Matematika, kini telah diangkat menjadi Ketua Program Studi Sistem Informatika. Tidak hanya itu, presasi beliau yang gemilang membuat beliau dipercaya untuk menjadi dosen pengajar di beberapa universitas ternama di luar negeri. Acara kuliah umum ini di adakan untuk memberikan wawasan tambahan tentang ICT (Information and Communications Technology) dihubungkan dengan kurikulum terbaru yang baru saja di terapkan di Indonesia yaitu kurikulum 2013. Diharapkan mahasiswa FKIP mampu menjadi lulusan yang dapat diandalkan di dunia pendidikan berbekal pengetahuan tentang ICT yang mendalam. Tidak sekedar pengetahuan ICT yang umum dimiliki masyarakat namun juga berbagai perkembangannya sehingga dalam melaksanakan profesinya sebagai pendidik dan pengajar dapat memberikan berbagai pembaharuan yang segar dan tentunya memberikan perkembangan ke arah yang jauh lebih baik untuk dunia pendidikan. Acara kuliah umum tersebut di awalai dengan opening ceremonial seperti acara resmi lain pada umumnya. Acara dibuka pada pukul 08.00. Setelah itu dilanjutkan dengan langsung memasuki materi yang pertama yang disampaikan oleh Bapak Slamet. Kurang lebih satu setengah jam materi pertama di sampaikan, dan kemudian di tutup oleh pembacaan kesimpulan oleh moderator. Setelah itu dilanjutkan materi yang kedua oleh Prof. Slamin. Kenyataan bahwa Prof. Slamin dan Bapak Slamet berkawan dekat membuat suasana kuliah umum tersebut terasa semakin hangat dan mencair. Mahasiswa yang hadir tampak sangat antusias mendengarkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kedua materi tersebut. Kuliah umum kali ini wajib dihadiri oleh seluruh mahasiswa yang sedang menempuh matakuliah PTI dengan dosen pengampu Drs. Slamet Hariyadi, M.Si., BevoWahono S.Pd, M.Pd., dan Mochammad Iqbal, S.Pd, M.Pd. Mahasiswa lain secara umum diperbolehkan mengikuti kuliah umum ini selama kuota ruangan masih mencukupi. Tepat pukul 12.30 materi kedua berakhir. Sebelum acara diakhiri dengan doa, terdapat sesi pemberian kenang-kenangan dari HMPS Biologi â??Lumba-Lumbaâ?? untuk kedua pemateri tersebut (islia)

EDELWEISS



Edelweiss
(Anaphalis javanica)



Edelweiss; Bunga Abadi


Tentang Edelweis

Edelweis adalah bunga yang pasti sudah tak asing lagi bagi para penggiat alam bebas mendaki gunung, karena bunga abadi ini saat ini hanya mampu tumbuh dan besar di ketinggian gunung dan memerlukan sinar matahari penuh. Bunga cantik ini memang akrab dengan para pendaki dan mengilhami banyak orang melalui keindahan dan keabadian yang ditampilkannya. Tak heran kalau bunga ini disebut sebagai bunga abadi, karena mekar dalam waktu yang cukup lama.
Edelweiss termasuk tanaman yang unik, tumbuhan yang hidup di puncak-puncak gunung ini kerap dianggap sebagi bunga abadi dan perlambang keabadian cinta. Ini lantaran bunga edelweiss tidak akan layu meskipun telah dipetik dari tangkainya. Meskipun mengering, namun bentuk dan penampilannya tidak berubah.
Terdapat berbagai jenis bunga edelweis yang tumbuh di dataran tinggi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Yang sering ditemukan di gunung-gunung Indonesia adalah spesies Anaphalis javanica. Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Ordo: Asterales. Famili: Asteraceae. Genus: Anaphalis. Spesies: Anaphalis  javanica.
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.
Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus , sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar. Salah satu tempat terbaik untuk melihat edelweis adalah di Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).



Bunga edelweis asli atau yang sering disebut dengan Everlasting Flower sebenarnya adalah bunga Leontopodium yang hanya ada di pegunungan alpen, bukan bunga Edelweis Jawa atau Anaphalis javanica. Tapi apa daya sudah terlanjur, karena bunga ini yang sebenarnya bunga adalah serbuk kuning yang dalam waktu 1 - 3 hari setelah mekar akan rontok dan menyisakan kelopak bunganya saja.

Kelopak bunga yang tahan lama inilah yang sering 'dicolong" oleh para pendaki gunung. Dan mereka pun akhirnya kecolongan karena hanya membawa kelopak bunga abadi. Bunga Edelweiss merupakan spesies tanaman berbunga endemik yang banyak ditemukan di daerah pegunungan di Jawa, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan dan Lombok.

Bunga Edelweiss yang menyukai sinar matahari penuh ini dalam ukuran dewasa dapat mencapai 8 meter tingginya, tapi pada umumnya hanya mencapai tinggi kurang dari satu meter. Bunga edelweiss umumnya terlihat antara bulan April – Agustus, dimana pada sekitar akhir Juli – Agustus merupakan fase mekar terbaiknya.

Bunga Edelweiss ( Anaphalis javanica ) sangat popular dikalangan wisatawan. Bunga ini dikeringkan dan dijual sebagai souvenir. Kondisi ini menyebabkan spesies tanaman ini mengalami kelangkaan . Di wilayah gunung
BromoTengger Jawa Timur, tanaman ini dianggap punah. Jumlahnya yang terus menurun membuat tanaman ini termasuk yang dilindungi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango , Jawa Barat. Larangan untuk memetik bunga ini terpampang jelas, namun kerap kali pemetikan bunga Edelweiss sulit dihindarkan dari tangan - tangan jahil yang mencoba menyelundupkan bunga tersebut.

Kabar gembiranya, bunga
Edelweis Jawa ( Anaphalis Javanica ) ini sudah banyak dibudidayakan oleh para petani di daerah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Para petani ini membudidayakannya dengan cara menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar pohon induknya serta ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1000 mdpl, pada tanah liat berkapur atau berpasir dengan pH ( keasaman tanah ) antara 4 - 7.